Kabareditorial.com, Makassar — Kalla Institute mengumumkan rencana skema penerimaan mahasiswa baru untuk tahun ajaran baru di 2025. Sejumlah persiapan tetkait juga dipaparkan, termasuk penyesuaian kurikulum jika ada perubahan nomenklatur.
Rektor Kalla Institute, Syamril mengatakan, rencana penyesuaian kurikulum itu sejalan dengan arahan evaluasi kurikulum nasional oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikti) pasca pergantian kepemimpinan di sektor saintek.
Syamril, menyatakan komitmen kampusnya untuk menyesuaikan pendekatan pembelajaran agar lebih praktis dan relevan dengan kebutuhan lapangan serta tantangan lokal.
“Pak Menteri mengatakan bahwa perguruan tinggi kita terlalu mengejar Scopus, jurnal kelas dunia, sementara kebutuhan praktis di lapangan kurang diperhatikan,” ujar Syamril dalam pemaparannya di Press Conference, Senin (11/11/2024)
Syamril menjelaskan, arahan dari Menteri baru sangat relevan dengan pola pembelajaran di Kalla Institute, yang telah mengintegrasikan studi kasus berbasis lokal sejak tahun 2002.
Menurutnya, Menteri Kemendikti baru mengkritisi orientasi perguruan tinggi yang terlalu fokus mengejar publikasi di jurnal internasional terindeks seperti Scopus. Pendekatan ini kata dia, justru sejalan dengan filosofi pendidikan di kampusnya.
“Kami sudah lama mengangkat studi kasus yang relevan dengan praktik lokal untuk pembelajaran. Ini menarik, karena studi kasus yang bersifat lokal dapat dikontekskan dengan teori dan menjadi pembelajaran penting bagi mahasiswa,” imbuhnya.
Ia juga menguraikan bahwa metode ini telah terbukti efektif dan bahkan mengacu pada praktik pendidikan dari institusi ternama seperti Harvard.
“Dosen-dosen kami sudah menyusun buku kumpulan studi kasus, dan kami dilatih oleh ITB, khususnya dari kampus bisnis ITB. Modelnya memang berbeda dari penelitian umum, namun memberikan dampak signifikan bagi kemampuan praktis mahasiswa,” jelasnya.
Terkait dengan kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang mungkin akan ditinjau kembali oleh Menteri baru, Syamril memastikan bahwa Kalla Institute akan tetap mengikuti kebijakan yang berlaku.
“Kalau misalnya nanti ada perubahan pada program MBKM atau kebijakan lain, kami akan menyesuaikan diri. Insya Allah, Kalla Institute akan tetap kompetitif,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa kurikulum Kalla Institute sudah membuka opsi skripsi yang lebih fleksibel bagi mahasiswa, terutama bagi mereka yang terlibat dalam bisnis.
Mahasiswa tidak lagi diwajibkan untuk membuat skripsi konvensional jika mereka bisa menunjukkan hasil dari praktik nyata.
“Mahasiswa bisa membuat laporan dari bisnis yang mereka rintis, yang kemudian diuji hingga akhir. Misalnya, ada mahasiswa yang mendirikan bisnis dan di akhir studinya bisnis itu berjalan baik, maka itu akan dinilai,” terang Syamril.
Pendekatan inovatif ini, menurut Syamril, akan memberikan pengalaman belajar yang lebih nyata dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
“Kami yakin, ke depan, kurikulum yang kami sesuaikan ini akan memberikan kontribusi positif terhadap lulusan yang lebih siap dan mampu bersaing dalam dunia nyata,” tutupnya.
Dengan penyesuaian ini, Kalla Institute berharap dapat memberikan pembelajaran yang lebih relevan dan praktis, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan industri di Indonesia.