Laporan khusus — Dibalik pintu ruang senat Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin Makassar, suasana terasa berbeda Kamis (04/07/2024) pagi ini. Bukan rapat biasa yang berlangsung, melainkan sebuah momen krusial bagi masa depan Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).
Prodi KPI sedang menggelar karantina atau audit internal Instrumen Suplemen Konversi (ISK) Akreditasi, sebuah langkah penting menuju impian akreditasi unggul.
Ruangan yang biasanya tenang kini dipenuhi suara diskusi serius dan bunyi papan keybord laptop. Para peserta, mulai dari Wakil Dekan 1 Bidang Akademik, Dosen hingga mahasiswa, duduk berdampingan dengan satu tujuan. Memastikan Prodi KPI siap menghadapi tantangan akreditasi.
“Ini bukan sekadar formalitas,” ujar Alamsyah, Ketua Jurusan KPI, di sela-sela kegiatan.
“Audit internal ini adalah cermin bagi kami. Kami ingin melihat di mana kekuatan kami dan di mana kami perlu berbenah,” tukasnya penuh harap.
Sementara itu, Syafiqa salah satu mahasiswa yang hadir, tak bisa menyembunyikan antusiasmenya.
“Rasanya seperti ikut membangun masa depan prodi,” katanya dengan mata berbinar.
“Kami jadi paham betapa pentingnya akreditasi bagi kualitas pendidikan kami,” pungkas perempuan kelahiran Bone, 04 Juni 2003 itu.
Semua aspek diteliti seksama
Tim penjamin mutu dan dosen pendamping terlihat sibuk memandu proses audit, memastikan setiap aspek diteliti dengan seksama. Dari kurikulum hingga fasilitas, tak ada yang luput dari pengamatan mereka.
“Akreditasi unggul bukan hanya tentang prestise,” jelas Irnawati, dosen KPI yang ikut mendampingi.
“Ini tentang komitmen kami untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan dan lulusan KPI UIN Alauddin Makassar,” kata Irna, sapaan akrab alumni LPDP itu.
Khusnul Farihah, mahasiswa lainnya yang ikut dalam tim menimpali dengan antusias, “Benar, Bu. Saya jadi merasa lebih bertanggung jawab terhadap kualitas pendidikan saya sendiri. Ini bukan lagi soal nilai di transkrip, tapi tentang memastikan gelar yang saya peroleh nantinya benar-benar bernilai,” katanya diselingi senyuman.
Kolaborasi unik ini bukan hanya tentang menyusun dokumen. Ia adalah potret nyata bagaimana sebuah institusi pendidikan bisa menjadi komunitas pembelajaran yang sesungguhnya, dimana setiap elemen berperan aktif dalam membangun kualitas bersama.
Aguswandi Mursi, Dosen KPI kemudian mengajak tim untuk istirahat sejenak. Ia mengumpulkan mereka dalam lingkaran kecil dan berkata, “Ingat, apa yang kita lakukan ini bukan sekadar untuk mendapat nilai akreditasi. Ini adalah wujud tanggung jawab kita untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di KPI UIN Alauddin,” kata Agus.
Kata-kata itu seolah menjadi mantra yang memompa semangat tim. Mereka kembali ke meja masing-masing, siap melanjutkan perjuangan.
Jarum jam terus berputar, menunjukkan pukul 14:13 WITA. Namun, ruang rapat itu masih hidup. Pena terus menari di atas kertas, dan suara keyboard laptop seolah jadi music instrumental, pikiran terus bergulat dengan ide-ide brilian, dan dedikasi terus terpancar dari setiap anggota tim.
Kisah tim KPI UIN Alauddin dalam menyusun borang akreditasi ini mungkin tak kasat mata bagi dunia luar. Tapi di balik pintu ruang senat itu, sedang terukir sebuah narasi tentang perjuangan, kerjasama, dan mimpi besar untuk membangun masa depan pendidikan yang lebih baik.
Borang akreditasi bukan sekedar dokumen
Saat senja akan menampakkan dirinya, mereka akan kembali ke rumah untuk beristirahat sejenak. Namun tak lama, mereka akan kembali berkumpul, siap menulis bab baru dalam kisah perjuangan mereka. Karena bagi tim KPI UIN Alauddin, borang akreditasi bukan sekadar dokumen, ia adalah cermin dedikasi dan tekad mereka untuk unggul.
Bagi Gaffar, tim ahli yang mendampingi proses boring, mengaku, borang akreditasi mungkin hanyalah sekumpulan dokumen, tapi baginya, ia adalah jembatan menuju masa depan pendidikan yang lebih baik.
“Saya jadi paham mengapa beberapa kebijakan prodi dibuat,” kata Gaffar, tim ahli sekaligus alumni FDK yang kini mengabdikan diri di FDK UIN Alauddin sebagai staf pengajar. “Ternyata ada banyak pertimbangan di balik setiap keputusan,” tutup Gaffar.
Haidir Fitra Siagian, Sekretaris Prodi KPI, yang baru saja kembali dari menguji mahasiswa, tertegun melihat pemandangan di ruang senat. Dengan mata berkaca-kaca, ia berkata, “Inilah esensi pendidikan yang sesungguhnya. Bukan sekadar transfer ilmu, tapi kolaborasi untuk membangun masa depan bersama,” harap Fitrah.
Saat matahari mulai condong ke barat, kegiatan masih berlangsung dengan intensitas yang sama. Tekad untuk meraih akreditasi unggul seolah menjadi bahan bakar yang tak kunjung habis bagi seluruh peserta.
Prodi KPI UIN Alauddin Makassar telah mengambil langkah berani. Melalui audit internal ini, mereka tidak hanya bersiap menghadapi penilaian eksternal, tetapi juga membuktikan keseriusan dalam membangun kualitas pendidikan yang unggul. Kini, tinggal menunggu waktu untuk melihat buah dari kerja keras dan dedikasi ini terwujud dalam bentuk akreditasi yang diimpikan.