“Listrik adalah nadi kehidupan pertanian modern kami,” ucap Andi Fathur Radhy, founder SGH Hidroponik, sambil memandang deretan rak vertikal yang menjulang.
Fajar belum sepenuhnya merekah di ufuk timur Samata, Kabupaten Gowa, namun kehidupan telah bergeliat di sebuah kebun modern yang menjadi saksi bisu revolusi pertanian Indonesia.
Panel-panel surya berkilau memantulkan cahaya pertama mentari, sementara di bawahnya, ribuan tanaman menari dalam simfoni teknologi yang digerakkan energi berkelanjutan.
“Listrik adalah nadi kehidupan pertanian modern kami,” ucap Andi Fathur Radhy, founder SGH Hidroponik, sambil memandang deretan rak vertikal yang menjulang.
Tangannya dengan lincah menggeser layar dashboard digital yang menampilkan grafik konsumsi energi real-time.
“Dari benih pertama hingga produk sampai ke tangan konsumen, semuanya bergantung pada aliran listrik berkelanjutan,” jelasnya.
Di setiap sudut lahan SGH Hidroponik, teknologi dan keberlanjutan berpadu dalam harmoni sempurna. Panel surya terpasang strategis, menyuplai sebagian besar kebutuhan energi.
Sistem penyimpanan energi canggih menjamin kontinuitas pasokan listrik 24/7, sementara algoritma AI mengoptimalkan penggunaannya.
“Hampir 100 persen operasional kami bergantung pada listrik,” Andi menjelaskan sambil menunjukkan ruang kendali utama.
“Tetapi kami berkomitmen menggunakan energi berkelanjutan. Ini bukan sekadar tentang efisiensi, tapi juga tentang tanggung jawab terhadap bumi,” tukasnya.
Dari benih hingga panen: perjalanan bertenaga listrik
Skypian Artificial Intelligence of Things (AIoT) berdetak sebagai otak digital pertanian modern ini. Sensor-sensor canggih tersebar di setiap sudut, mengirimkan data secara real-time tentang berbagai parameter pertumbuhan tanaman. Semua sistem ini membutuhkan pasokan listrik konstan.
“Setiap tanaman punya ‘resep’ khususnya sendiri,” Andi Fathur menunjuk grafik yang bergerak di layar monitor besarnya.
“Sistem AIoT kami mengatur semuanya secara otomatis, nutrisi, pencahayaan, suhu, kelembaban. Efisiensi energi menjadi kunci keberhasilan,” jelasnya detail.
Perjalanan dimulai di ruang pembibitan, di mana lampu LED dengan spektrum khusus menyala 16 jam sehari. Sistem pengendali iklim menjaga suhu dan kelembaban optimal.
“Ini tahap paling kritis,” jelas Andi Fathur.
“Tanpa pasokan listrik stabil, tak ada benih yang bisa tumbuh sempurna,” tambahnya.
Di area produksi utama, pompa-pompa nutrisi berdetak dalam ritme teratur, mengalirkan larutan ke setiap tanaman. Kipas ventilasi berputar menyesuaikan suhu, sementara sensor-sensor terus memantau setiap perubahan mikroskopis.
Kata Andi Fathur, kehadiran pertanian modern berbasis energi berkelanjutan membawa dampak ekonomi yang signifikan.
“Produktivitas kami meningkat hingga 400 persen dibanding pertanian konvensional,” Andi menjelaskan.
Sarah, seorang operator sistem berusia 24 tahun, adalah bukti nyata transformasi ini.
“Dulu saya tidak pernah membayangkan menjadi petani. Tapi di sini, saya bukan sekadar petani, saya adalah teknisi pertanian digital,” katanya.
Sistem pertanian modern ini juga membuka peluang bagi pengembangan ekonomi kreatif. Start-up teknologi pertanian bermunculan, menciptakan ekosistem baru yang menghubungkan petani, teknologi, dan pasar.
“Kami sedang membangun marketplace khusus untuk produk pertanian modern,” Andi Fathur mengungkapkan.
Tentu, perjalanan ini tidak tanpa tantangan. Investasi awal yang tinggi dan kebutuhan akan SDM terampil menjadi kendala utama.
“Tapi ini adalah investasi masa depan. Dengan dukungan energi berkelanjutan, biaya operasional jangka panjang justru lebih efisien,” katanya.
Katalis Transformasi Ekonomi
Budiono, General Manager PLN UID Sulselrabar, memandang optimis perkembangan ini.
“Kami tidak sekadar menyalurkan listrik,” tegasnya.
“Kami adalah katalis transformasi ekonomi. Mendukung pertanian modern berbasis energi berkelanjutan adalah investasi untuk masa depan,” jelasnya baru-baru ini.
Kata Budiono, PLN telah menyiapkan infrastruktur khusus dan program energi terbarukan untuk mendukung pertanian modern.
“Kami berkomitmen menyediakan energi bersih dan berkelanjutan. Ini adalah bagian dari upaya kami mendukung ketahanan pangan nasional,” tukasnya.
Andi Eka Prasetya, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Selatan, mengapresiasi upaya SGH Hidroponik dalam mengadopsi energi terbarukan dalam pertanian modern.
Menurutnya, langkah ini sejalan dengan visi Sulawesi Selatan untuk mendorong ekonomi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Pertanian modern berbasis energi berkelanjutan adalah katalis untuk masa depan ekonomi kita,” ujar Andi Eka.
“Ini bukan sekadar upaya mendukung sektor pangan, tapi juga menciptakan ekosistem yang memperkuat ekonomi lokal melalui inovasi teknologi yang terintegrasi dengan energi bersih,” tukasnya.
Dia menjelaskan bahwa pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan siap memfasilitasi dan mendukung lebih banyak inisiatif seperti SGH Hidroponik, baik melalui kebijakan maupun infrastruktur energi.
Penggunaan panel surya dan teknologi penyimpanan energi, menurut Andi, dapat meningkatkan produktivitas sambil mengurangi jejak karbon.
“Kami ingin memastikan Sulawesi Selatan menjadi pusat pertanian berkelanjutan di Indonesia,” jelas Eka.
Andi Eka juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan PLN dan perusahaan teknologi dalam menyediakan infrastruktur yang memadai.
“Kerja sama lintas sektor ini adalah kunci untuk menciptakan rantai pasokan energi yang andal, terjangkau, dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Melalui langkah-langkah seperti ini, Andi Eka berharap Sulawesi Selatan dapat memimpin dalam transformasi energi hijau di Indonesia, menjadikannya fondasi ekonomi yang kuat untuk masa depan.
Energi hijau dorong revolusi pertanian modern
Pakar energi Universitas Hasanuddin, Prof. Adi Maulana menilai, pentingnya energi hijau dalam mendorong revolusi pertanian modern.
Menurutnya, penerapan teknologi energi terbarukan dalam pertanian di Sulawesi Selatan, seperti yang dilakukan oleh SGH Hidroponik, adalah langkah signifikan menuju kemandirian energi dan ketahanan pangan.
“Penggunaan listrik dari sumber energi terbarukan, seperti panel surya, memberikan dampak positif yang luar biasa. Bukan hanya memastikan suplai listrik stabil, tetapi juga membantu menekan biaya operasional jangka panjang,” kata Prof. Adi.
Prof. Adi menyoroti pentingnya kontinuitas listrik dalam pertanian berbasis teknologi tinggi.
“Tanaman dalam sistem hidroponik sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, dan sistem ini membutuhkan energi listrik yang andal agar teknologi otomatisasi seperti Skypian AIoT bisa bekerja optimal,” jelasnya.
Ia juga menekankan peran penting kolaborasi lintas sektor, termasuk antara pemerintah, PLN, dan akademisi, dalam mewujudkan ekonomi hijau di Sulawesi Selatan.
“Kami, di akademisi, berkomitmen mendukung riset dan pelatihan SDM agar semakin banyak generasi muda yang siap mengelola teknologi di sektor ini,” tambah Prof. Adi.
Menurutnya, investasi awal dalam teknologi dan energi hijau memang besar, tetapi manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar dan berdampak luas.
“Pengembangan ekonomi lokal, penciptaan lapangan kerja, dan ketahanan pangan akan bertambah seiring berkembangnya pertanian modern ini,” tutupnya.