Kabareditorial.com, Makassar — Matahari senja menyepuh dinding-dinding tua Benteng Rotterdam dengan semburat keemasan, Jumat (18/10/2024).
Di dalam benteng berusia ratusan tahun ini, sebuah cerita baru tengah bermula. Bukan tentang perang atau perjuangan melawan penjajah, melainkan tentang sisi lain dari para pemimpin bangsa yang jarang terungkap ke publik.
Rini, Kepala Bagian Museum dan Cagar Budaya Kemendikbudristek, memaparkan makna pakkamase dalam konferensi pers di gedung Capel Port Rotherdam, Jumat (18/10/2024).
“Dalam bahasa Bugis artinya cinta dan welas asih. Inilah yang ingin kami tunjukkan – sisi kemanusiaan para presiden kita,” tukasnya.
Ketika Waktu Bergerak Mundur
Jam menunjukkan pukul 15.45 Wita sore ketika Linda Siagian, Penanggung Jawab Museum Kepresidenan RI, membuka sesi konferensi pers dengan bercerita tentang tujuan pameran ini digelar.
Ia berkata, cerita-cerita yang jarang terungkap tentang para pemimpin negeri ini ke hadapan masyarakat Makassar menjadi landasan utama pameran digelar.
“Museum Keliling Koleksi Kepresidenan yang hadir untuk pertama kalinya di Indonesia Timur ini memang berbeda,” kata Linda.
Tak ada pidato kenegaraan yang bergema atau foto-foto ceremonial yang kaku. Yang ada adalah serpihan-serpihan kenangan pribadi yang menghadirkan sisi manusiawi para pemimpin negeri.
Menghidupkan Kembali Kenangan
Rustam, Penanggung Jawab Unit Benteng Rotterdam, tengah mempersiapkan acara malam hari. Ia ingin, Rotherdam tidak hanya sekadar bangunan sisa masa lampau.
Lebih dari itu, ia berharap, Benteng Rotherdam menjadi ‘pintu’ untuk membawa para pengunjung menyelami sisi lain kehidupan para pemimpin bangsa.
“Kami ingin benteng ini menjadi lebih dari sekadar saksi bisu sejarah,” ujarnya sambil mengawasi pemasangan proyektor untuk pertunjukan projection mapping.
“Ia harus menjadi panggung yang menghidupkan kembali kisah-kisah ini,” tukasnya.
Merajut Masa Lalu dan Masa Kini
Erwin Kusuma, Kurator Pameran Museum Keliling Koleksi Kepresidenan, menjelaskan filosofi di balik setiap detail pameran.
“Kami membagi exhibition ini menjadi empat babak kehidupan,” jelasnya.
“Dari hubungan mereka dengan ibu, kehangatan keluarga, dedikasi untuk bangsa, hingga hal-hal personal yang membentuk karakter mereka,” jelasnya.
Ketika senja mulai nampak di Anjungan Pantai Losari, Benteng Rotterdam bertransformasi. Dinding-dindingnya yang kokoh menjadi kanvas raksasa, menampilkan proyeksi visual yang memukau.
Persiapan pameran terus dilakukan jelang pembukaan pameran pada Jumat (18/10/2024) malam. Sementara para pengunjung muda mulai berkumpul di berbagai sudut untuk mengikuti lokakarya – dari fotografi hingga penulisan biografi.
Lebih dari Sekadar Pameran
Museum keliling ini hadir bukan hanya sebagai etalase benda-benda bersejarah. Ia adalah panggung hidup yang menghadirkan berbagai program interaktif.
Bayangkan mendengar kisah langsung dari Guruh Soekarnoputra tentang sosok Bung Karno sebagai seorang ayah dalam sesi “Presiden Dari Ruang Keluarga”. Atau mengikuti demo masak spesial yang mengungkap selera kuliner para presiden di “Dapur Presiden”.
Para pengunjung muda bisa mengasah kreativitas melalui enam lokakarya berbeda – dari fotografi hingga penulisan biografi. Sementara di malam hari, Benteng Rotterdam bertransformasi menjadi panggung seni dengan pertunjukan projection mapping, monolog, hingga penampilan musik dari berbagai seniman lokal.
Warisan yang Hidup
“Pakkamase bukan sekadar exhibition,” kata Rini di akhir konferensi pers.
“Ini adalah jembatan yang menghubungkan generasi. Memperlihatkan bahwa di balik setiap keputusan besar yang mengubah bangsa ini, ada kisah-kisah personal yang membentuk karakter pemimpinnya,” tambahnya.
Di tengah hiruk-pikuk politik kontemporer, Pakkamase hadir sebagai pengingat lembut. Bahwa para pemimpin, sebelum dan sesudah jabatan mereka, adalah manusia – dengan segala kerinduan, cinta, dan hasrat mereka untuk membuat perubahan.
“Kisah-kisah yang dibawa Pakkamase akan terus bergema, mengingatkan kita bahwa sejarah tak selalu tentang tanggal dan fakta. Terkadang, ia tentang sentuhan lembut seorang ayah, atau aroma masakan ibu yang tak pernah dilupakan,” jelas Linda.
Melalui “Pakkamase”, Museum Keliling Koleksi Kepresidenan tidak hanya membawa koleksi berharga ke timur Indonesia, tetapi juga mengajak masyarakat untuk melihat sisi manusiawi para pemimpin negeri.
Di tengah hiruk-pikuk politik kontemporer, pameran ini menjadi pengingat bahwa di balik setiap kebijakan dan keputusan besar, ada kisah-kisah personal yang membentuk karakter para pemimpin bangsa.
“Pakkamase” di Benteng Rotterdam bukan sekadar pameran museum – ia adalah jendela untuk melihat Indonesia melalui perspektif yang lebih personal dan manusiawi. Sebuah bukti bahwa sejarah bisa dihadirkan dengan cara yang hidup, interaktif, dan penuh makna.
“Pakkamase” berlangsung di Benteng Port Rotterdam Makassar dari 18 hingga 31 Oktober 2024.