Kabareditorial.com, Badung Bali — Kinerja industri jasa keuangan di Sulawesi Selatan hingga Oktober 2023 terus mencatatkan pertumbuhan positif. Kinerja itu ditopang fungsi intermediasi yang tinggi dan tingkat risiko yang terkendali.
Kepala Kantor OJK Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Darwisman menyebut sektor perbankan masih menunjukkan tren positif, meski mulai termoderasi tahun ini. Optimisme tersebut berasal dari beberapa faktor.
“Kita melihat ada tren positif. Meski beberapa kondisi melandai, tapi kita optimis hingga akhir tahun kondisinya baik. Indikatornya, ada pertumbuhan kredit yang meningkat, itu salah satunya,” kata Darwisman dalam pembukaan Journalist Update di Badung, Bali, Senin (04/12/2023).
Tercatat, total aset perbankan di Sulawesi Selatan pada posisi Oktober 2023 tumbuh 9,55 persen yoy dengan nominal mencapai Rp187,6 triliun.
“Adapun Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,11 persen yoy dengan nominal mencapai Rp125,15 triliun, dan kredit yang disalurkan tercatat tumbuh 12,18 persen yoy dengan nominal mencapai Rp153,98 triliun,” tandas Darwisman.
Sementara kinerja intermediasi perbankan Sulsel terjaga pada level yang tinggi dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) 122,27 persen dan tingkat rasio kredit bermasalah terkendali pada level aman dengan NPL 2,91 persen.
Adapun Aset perbankan syariah double digit 12,67 persen yoy menjadi Rp13,3 triliun dengan penghimpunan DPK yang tumbuh sangat tinggi 17,71 persen yoy menjadi Rp9,3 triliun dan penyaluran pembiayaan yang juga tumbuh double digit tumbuh 13,13 persen yoy menjadi Rp11,31 triliun.
Tingkat intermediasi perbankan Syariah juga berada pada level tinggi 121,62 persen dengan tingkat NPL pada level aman 2,89 Berdasarkan kegiatan usaha (konvensional dan syariah), share asset, DPK dan kredit perbankan konvensional masing-masing 92,75 persen atau (Rp174,00 triliun), 92,42 persen
(Rp115,67 triliun) dan 92,52 persen (Rp142,47 triliun) di mana perbankan Syariah terus mencatatkan kinerja pertumbuhan yang memadai.
Realisasi kredit kepada UMKM di Sulsel tumbuh 9,35 persen yoy menjadi Rp58,88 triliun. Pertumbuhan tertinggi terdapat pada kredit usaha mikro 27,04 persen yoy menjadi Rp31,52 triliun.
Secara total, kredit UMKM telah disalurkan kepada 935.243 debitur dengan tingkat NPL terkendali pada level 4,34 persen.