Kabareditorial.com, Makassar — Sinar mentari pagi menerobos jendela Aula Kantor Bapenda Sulawesi Selatan, menyinari wajah-wajah penuh harap dari dua belas individu istimewa. Mereka adalah para penyandang disabilitas yang hari ini, Senin 3 Oktober 2022, akan mengukir sejarah baru dalam hidup mereka dan dalam lembaran sejarah pemerintahan Sulawesi Selatan.
Momen ini bukan sekadar seremoni biasa, melainkan sebuah langkah nyata menuju kesetaraan dan inklusivitas di lingkungan pemerintahan.
Di antara mereka, ada Andi (nama disamarkan), seorang tuna netra dengan gelar sarjana yang selama ini hanya bisa bermimpi untuk berkontribusi dalam pemerintahan.
“Saya tidak pernah menyangka hari ini akan datang,” ujarnya dengan suara bergetar menahan haru. “Selama ini, kita selalu dianggap tidak mampu, tapi hari ini Pak Gubernur membuktikan bahwa kami pun bisa,” tambahnya.
Andi hanyalah satu dari dua belas cerita inspiratif yang hadir hari itu. Ada pula Siti, seorang tuna daksa dari Bulukumba yang memiliki keahlian dalam administrasi. Atau Rahmat dari Luwu, yang meskipun tuna netra, memiliki kemampuan luar biasa dalam pelayanan pelanggan.
Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, dengan senyum lebar menyambut mereka semua.
“Alhamdulillah, turut senang dengan kebahagiaan para saudara-saudara kita difabel yang mendapatkan SK non-ASN Pemprov Sulsel sebanyak 12 orang,” ujarnya dengan nada penuh kebanggaan.
Namun, perjalanan menuju hari bersejarah ini tidaklah mudah. Yoga Indar Dewa, Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Sulsel, mengenang perjuangan panjang komunitas disabilitas.
“Bertahun-tahun kami berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan kesempatan yang sama,” tuturnya. “Hari ini adalah bukti bahwa perjuangan itu tidak sia-sia.”
Yang membuat langkah Pemprov Sulsel ini istimewa adalah pendekatannya yang berbasis kompetensi. Para penyandang disabilitas tidak sekadar diterima, tetapi ditempatkan sesuai dengan kemampuan mereka.
“Kita ditanya, apa skill mu? Kemudian dicarikan tempat yang memadai,” jelas Yoga dengan penuh apresiasi.
Bagi Gubernur Andi Sudirman, ini bukan hanya tentang memberikan pekerjaan, tetapi juga tentang membuka pintu kesempatan yang selama ini seringkali tertutup rapat.
“Dengan melibatkan saudara-saudara kita disabilitas, ini adalah upaya untuk kesetaraan dan membuka kesempatan kerja yang sama di pemerintahan,” tegasnya.
Langkah ini adalah bagian dari visi besar mewujudkan “Sulawesi Selatan yang inovatif, produktif, kompetitif, inklusif, dan berkarakter.
“Alhamdulillah, turut senang dengan kebahagiaan para saudara-saudara kita difabel yang mendapatkan SK non-ASN Pemprov Sulsel sebanyak 12 orang,” ujar Andi Sudirman dengan nada penuh kebanggaan.
Saat mereka melangkah keluar dari aula dengan SK di tangan, mereka membawa lebih dari sekadar pekerjaan baru. Mereka membawa harapan, inspirasi, dan bukti nyata bahwa di Sulawesi Selatan, mimpi untuk masyarakat yang inklusif dan berkeadilan sedang dalam proses untuk diwujudkan, satu langkah keberanian pada satu waktu.
Langkah berani Pemprov Sulsel ini diharapkan menjadi contoh, bukan hanya bagi pemerintah daerah lainnya, tetapi juga bagi sektor swasta. Ini adalah bukti nyata bahwa inklusivitas bukan sekadar slogan, tetapi dapat diwujudkan dalam tindakan nyata.