Kabareditorial.com, Makassar — Di sebuah sudut Kota Makassar yang sibuk, tepatnya di sebuah ruangan yang tak asing bagi para birokrat dan legislator kota, H. Dahyal, S.Sos., M.Si., duduk tenang di balik meja kerjanya.
Di atas meja, berkas-berkas tebal teratur rapi, cerminan dari kedisiplinan dan ketekunan seorang abdi negara yang telah mendedikasikan lebih dari tiga dekade hidupnya untuk kota ini.
Hari itu, sebuah babak baru dalam hidupnya dimulai. Ia resmi mengikuti seleksi terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (JPTP) untuk posisi Sekretaris Daerah Kota Makassar, posisi tertinggi dalam struktur birokrasi kota.
Sebuah langkah yang tak hanya simbolis, melainkan lahir dari proses panjang yang penuh dedikasi, integritas, dan kerja senyap yang konsisten.
Anak Lorong yang Meniti Tangga
Lahir di Ujung Pandang pada 5 September 1973, Dahyal bukanlah figur yang tiba-tiba muncul dalam hiruk-pikuk dunia birokrasi. Ia adalah anak lorong Tamalate, anak kampung yang tumbuh dalam semangat kebersamaan dan kesederhanaan.
Memulai karier sebagai CPNS pada tahun 1993, ia memulai langkah pertamanya di Kecamatan Tamalate, bukan dari ruang ber-AC, melainkan dari lorong-lorong sempit, menghadapi realita warga, mendengar, mencatat, dan menyusun laporan dengan tangan sendiri.
Dari staf kecamatan, ia kemudian menapaki jabatan demi jabatan: Lurah Pandang, Kepala Sub Bagian di Inspektorat, hingga menjabat sebagai Sekretaris Inspektorat Kota Makassar.
Setiap posisi ia jalani dengan tekun, bukan untuk mengejar jabatan, tapi karena ia percaya: pelayanan publik bukan sekadar pekerjaan — itu adalah amanah.
Kini, sebagai Sekretaris DPRD Kota Makassar, ia mengelola dinamika politik dan administrasi dalam satu tarikan napas.
Ia menjadi jembatan yang menghubungkan suara rakyat dengan mesin birokrasi, menjadikan kerja-kerja dewan tetap pada relnya, dan memastikan setiap dokumen, setiap program, dan setiap langkah, berpijak pada asas transparansi.
Bukan Hanya Gelar, Tapi Gairah untuk Belajar
Dahyal bukan sekadar birokrat yang sibuk dengan tumpukan dokumen. Ia adalah pembelajar sejati. Alumnus STIA-LAN RI dan STPDN ini dikenal tekun memperkuat kapasitas dirinya.
Tak sedikit pelatihan yang ia ikuti: dari Diklatpim IV, III, hingga Diklatpim II yang ia selesaikan dengan predikat membanggakan di Puslatbang KMP LAN RI Makassar tahun 2022.
Bahkan pelatihan teknis seperti Fraud Auditing ia libas demi memperdalam pemahamannya akan pengawasan dan transparansi anggaran.
“Pemimpin itu harus tahu banyak hal, tapi lebih dari itu, ia harus tahu kapan harus mendengar,” katanya suatu ketika saat berbincang santai di sela-sela kesibukannya.
Pemimpin yang Tak Pernah Lupa Akar
Meski telah mencapai puncak eselon II, Dahyal tetap dikenal sebagai figur yang membumi. Ia masih sering turun langsung ke lapangan, mengunjungi kecamatan, berdiskusi dengan lurah, dan mendengar langsung suara warga.
Ia percaya, kebijakan yang baik lahir dari pemahaman nyata atas kebutuhan masyarakat, bukan sekadar dari balik meja rapat.
Sebagai Sekretaris DPRD, ia menjadi pionir dalam digitalisasi sistem administrasi dan mendorong efisiensi birokrasi tanpa mengorbankan akuntabilitas. Ia percaya, teknologi harus hadir untuk mempermudah, bukan memperumit.
Keputusan Dahyal untuk maju dalam seleksi JPTP bukan semata ambisi pribadi. Itu adalah panggilan tanggung jawab. Ia melihat posisi Sekda bukan sekadar jabatan prestisius, tetapi ruang strategis untuk mempercepat perubahan.
Untuk memperkuat sinergi antar-OPD, memperbaiki layanan publik, dan memastikan bahwa setiap rupiah dari APBD menyentuh kebutuhan masyarakat yang sesungguhnya.
Dengan pengalaman 32 tahun, pangkat Pembina Utama Muda (IV/c), serta rekam jejak yang bersih dan inspiratif, Dahyal hadir membawa harapan baru bagi wajah birokrasi Makassar. Ia tak datang membawa janji-janji kosong, melainkan jejak-jejak nyata kerja yang telah ia tanam bertahun-tahun.
Saat mentari Makassar perlahan condong ke barat, Dahyal menatap cakrawala dari balik jendela kantornya. Di matanya, tampak semangat yang tak pernah padam. Kota ini telah ia kenal sejak kecil.
Setiap lorong, setiap sudut, punya kisah. Dan kini, ia siap menuliskan kisah baru bukan tentang dirinya, tapi tentang kota yang lebih melayani, lebih transparan, dan lebih bermartabat.
Dan dari lorong kecil di Tamalate, seorang putra daerah kini menapaki jalan besar menuju Sekretaris Daerah, bukan untuk mengejar kekuasaan, tapi untuk meneruskan pengabdian.