Kabareditorial.com, Makassar — Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LPPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar Uji Publik Instrumen Akreditasi Pesantren Muhammadiyah di Asrama Putri Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam Gombara, Makassar, Sabtu (29/6/2024).
Acara ini menandai langkah penting dalam upaya peningkatan kualitas pesantren di lingkungan Muhammadiyah.
Ketua LPPM Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. Maskuri menekankan, pendekatan akreditasi pesantren Muhammadiyah tidak hanya berfokus pada aspek administrasi, tetapi juga berorientasi pada kinerja atau performansi.
“Akreditasi ini mencakup empat aspek utama: mutu lulusan, mutu proses pembelajaran, mutu ustadz, dan mutu manajemen pesantren,” ujar Dr. Maskuri.
Lebih lanjut, Dr. Maskuri menjelaskan pentingnya akreditasi bagi seluruh Pesantren Muhammadiyah di Indonesia.
“Dengan latar belakang ini, menjadi sangat penting untuk mengakreditasi Pesantren Muhammadiyah di seluruh Indonesia,” tambahnya.
Uji publik ini bertujuan untuk memastikan bahwa instrumen akreditasi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan riil pesantren. Peserta diminta untuk menilai apakah setiap butir instrumen penting, jelas, mudah dipahami, dan dapat diukur.

Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan standar pendidikan di pesantren Muhammadiyah dan mempersiapkan lulusannya untuk menghadapi tantangan global.
Dengan pendekatan yang komprehensif ini, Muhammadiyah berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Indonesia.
Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Hamka ini, menambahkan setelah uji publik, kemudian akan dievaluasi dalam pleno dan dilakukan rekrutmen asesor dan berakhir pada asesmen pesantren Muhammadiyah.
Sementara Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Prof. Ambo Asse dalam sambutannya menekankan beberapa hal kepada para Mudir dan pengelola pesantren.
Diantaranya adalah pesantren harus diurusi dengan tepat, sebab pesantren itu masalahnya adalah bila tidak diurus, salah urus atau ada konflik.
“Selanjutnya agar para Mudir dalam mengurus pesantren wajib menghindari konflik dan berbuat adil kepada anggota-anggotanya dan mendamaikannya,” kata Ambo Asse.
Pada akhir amanahnya, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar ini, mengatakan bahwa kepemimpinan menurut alquran: tidak ada kemajuan apabila konflik dipelihara.
Sekretaris LP2M PWM Sulawesi Selatan, Dr. Muh. Ali Bakri, mengatakan bahwa kegiatan ini diikuti sekitar lima orang peserta. Saat ini jumlah Pesantren Muhammadiyah meningkat pesat di Sulawesi Selatan. Dimana pada awalnya hanya 11 pondok, saat ini sudah mencapai 33 pondok.